Bid'ah??!
Bid’ah
adalah segala bentuk praktek beragama yang tak memiliki dalil atau landasan
hukum dalam agama yang mengindikasikan keabsahannya. Maka setiap orang yang
membuat-buat sesuatu, lalu menisbatkannya kepada ajaran agama, namun tidak
memiliki dalil atau landasan hukum dari agama, maka hal itu termasuk bid’ah.
Bid’ah
menurut makna syar’i (sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Imam Ibnu Taimiyah),
yaitu segala cara beragama yang tidak disyari’atkan oleh Allah dan RasulNya;
yakni yang tidak diperintahkan, baik dalam wujud perintah wajib atau berbentuk
anjuran, baik berupa keyakinan, ibadah dan muamalah [Fatawa Ibnu Taimiyah IV
107-108].
Dalam
tulisan ini hanya ingin dibahas secara ringkas tentang seputar bid’ah yang
sering ditemukan dalam praktek shalat sunnah taraweh di bulan Ramadhan. Pelaksanaan
sholat taraweh yang dibumbui bid’ah sudah umum terjadi di kalangan ummat muslim
di Tanah Air juga di negeri Jiran sejauh yang saya amati. Dan sebagian besar
saudara/I muslim pun seperti tidak mempermasalahkan lagi bid’ah yang
berlangsung ini. Sadar ataupun tak sadar mereka tetap mengikuti sehingga
praktek bid’ah ini tampak seperti hal yang tidak aneh lagi. Seakan-akan bid’ah
ini tidak menyalahi Sunnah Rasulullah. Naduzubillah mindzalik.
Padahal
Allah sendiri mengancam orang-orang yang menyelisihi sunnah beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menimpakan fitnah dan siksaan
yang pedih, seperti dalam firman Allah:
Padahal Allah sendiri mengancam orang-orang yang menyelisihi sunnah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menimpakan fitnah dan siksaan yang pedih, seperti dalam firman Allah:
أُوصِيكُمْ
بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ
يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ
الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا
بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
"Aku
wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, patuh dan taat, walaupun
dipimpin budak Habasyi, karena siapa yang masih hidup dari kalian, maka akan
melihat perselisihan yang banyak. Maka berpegang teguhlah kepada sunnahku dan
sunnah para Khulafaur Rasyidin yang memberi petunjuk, berpegang teguhlah
kepadanya dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Waspadalah terhadap perkara-perkara
baru (bid’ah), karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap yang
bid’ah adalah sesat".
[Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah].
Apa Saja Bid'ah Selama Shalat Taraweh?
"Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, patuh dan taat, walaupun dipimpin budak Habasyi, karena siapa yang masih hidup dari kalian, maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang memberi petunjuk, berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Waspadalah terhadap perkara-perkara baru (bid’ah), karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap yang bid’ah adalah sesat".
[Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah].
Apa Saja Bid'ah Selama Shalat Taraweh?
1. Membaca
do’a berikut ketika Hendak Memulai Shalat Tarawih. Ucapan
seorang bilal atau imam ketika hendak memulai shalat tarawih yang dibaca dengan
berjama’ah dan suara keras.[1]
صَلاَةَ التَّرَاوِيْحِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ رَحِمَكُمُ اللهُ .صَلاَةَ التَّرَاوِيْحِ آجَرَكُمُ اللهُ
Kebiasaan (bid’ah) ini umum terjadi di Tanah Air dan juga di negeri jiran, padahal hal tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sahabat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَالَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa
yang membuat-buat ibadah dalam ajaran kami ini (Islam) yang bukan merupakan
bagian darinya, maka amalan itu tertolak". [HR Bukhari].
Berdzikir Dengan Dipandu Seorang Bilal. Berdzikir dengan dipandu seorang bilal setiap selesai
shalat dua raka’at dari shalat tarawih, maka perbuatan seperti ini termasuk
bid’ah. Namun terkadang bacaan dzikir dilakukan sendiri-sendiri dengan ringan,
atau terkadang dzikir tersebut dibaca secara berjama’ah.[2]
Dzikir
dengan cara ini termasuk bid’ah, karena beberapa alasan berikut:
=> Karena membuat tata cara baru dalam beribadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan perbuatan bid’ah. Dari Jabir bin Abdullah diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda : "Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk ibadah adalah yang dibikin-bikin, dan setiap bid’ah itu adalah sesat". [3]
2. Dzikir
dengan suara keras dan Berjama’ah (bersama-sama). Dzikir berjama’ah dengan suara keras seperti koor pada setiap waktu
istirahat dalam shalat tarawih, merupakan perbuatan bid’ah [4]. Membuat praktek ibadah baru dalam shalat tarawih yang tidak pernah
dicontohkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Kebiasaan (bid’ah) ini umum terjadi di Tanah Air dan juga di negeri jiran, padahal hal tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sahabat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
2. Dzikir dengan suara keras dan Berjama’ah (bersama-sama). Dzikir berjama’ah dengan suara keras seperti koor pada setiap waktu istirahat dalam shalat tarawih, merupakan perbuatan bid’ah [4]. Membuat praktek ibadah baru dalam shalat tarawih yang tidak pernah dicontohkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa melakukan amalan yg tak sesuai dengan ajaran kami, maka ibadahnya itu
tertolak". [HR Muslim].
3. Dzikir berjama’ah dengan suara keras sebelum memulai raka’at baru dalam shalat Tarawih. Bacaan dzikir yang diamalkan setiap selesai salam dari
dua raka’at shalat tarawih, dan (kemudian) hendak memulai raka’at yang baru,
(dzikir seperti ini) termasuk perbuatan bid’ah. Tata cara dan bacaan dzikir
tersebut, yaitu seorang bilal berucap :
فَضْلٌ مِنَ اللهِ وَالنِّعْمَةُ يَا تَوَّابُ يَا وَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ . أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ
Kemudian dijawab oleh jamaah secara berjamaah dengan mengucap :
صَلُّوْا عَلَيْهِ, ....... أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ. .......
Kemudian pada raka’at-raka’at yang akhir mereka mendo’akan kepada khulafaurrasyidin yang empat.
4. Bid’ah do’a berjama’ah ketika istirahat antara shalat tarawih dengan shalat Witir.
Do’a berjama’ah pada saat istirahat antara shalat tarawih dengan shalat witir merupakan perbuatan bid’ah yang munkar. Begitu juga ketika hendak shalat witir, bilal atau imam mengucapkan:
صَلُّوْا سُنَّةَ الْوِتْرِ رَحِمَكُمُ اللهُ أَوْ آجَرَكُمُ اللهُ
Kebanyakan mereka yang mengamalkan bid’ah ini telah membuat bacaan do’a secara khusus, yang tidak bersandar kepada satu dalilpun, dan tidak pernah diajarkan oleh para ulama salaf mapun imam sunnah [5].
Itulah beberapa praktek bid'ah yang umum berlaku yang dapat saya sampaikan dalam tulisan ini, semoga kita semua terhindar dari praktek bid'ah dalam ibadah dengan mencaritahu lebih jauh tentang perkara-perkara bid'ah yang banyak berlaku di lingkungan ummat Islam di Tanah Air ini.
Kesempurnaan hanya milik Allah, sebagai hamba kita telah diingatkan untuk berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah, in shaa Allah akan menjaga kita dari perkara-perkara yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah. Dan sebagai muslim kita hanya bisa saling mengingatkan dalam kebaikan di jalan Allah.
Sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam :
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
"Barangsiapa memberi contoh yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengerjakan perbuatan baik tersebut, tanpa mengurangi pahala-orang itu sedikitpun. Dan barangsiapa memberi contoh yang buruk dalam Islam, maka ia mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengerjakan perbuatan dosa itu setelahnya, tanpa mengurangi dosa orang-orang itu sedikitpun". [HR Muslim].
footnotes:
[1]. Mu’jamul Bida’, Raid bin Sabri bin Abi
‘Alfah, Darul Ashimah, halaman 98.
[2]. Al Hawadits Wal Bida’, Imam Abu Bakar At Thurthusy, Dal Ibnul Jauzy, Riyadh.
[3].
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab Al Jumu’ah; meringkas shalat dan khutbah
1:592 dengan nomor 867.
[4].
Bidaul Qurra’, Syaikh Bakr Abu Zaid, Darul Faruq saudi.
[5]. Al
Hawadits Wal Bida’, Imam Abu Bakar Ath Thurthusy, Dar Ibnul Jauzy, Riyadh,
halaman 64.
فَضْلٌ مِنَ اللهِ وَالنِّعْمَةُ يَا تَوَّابُ يَا وَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ . أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ
Kemudian dijawab oleh jamaah secara berjamaah dengan mengucap :
صَلُّوْا عَلَيْهِ, ....... أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ. .......Kebanyakan mereka yang mengamalkan bid’ah ini telah membuat bacaan do’a secara khusus, yang tidak bersandar kepada satu dalilpun, dan tidak pernah diajarkan oleh para ulama salaf mapun imam sunnah [5].
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
"Barangsiapa memberi contoh yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengerjakan perbuatan baik tersebut, tanpa mengurangi pahala-orang itu sedikitpun. Dan barangsiapa memberi contoh yang buruk dalam Islam, maka ia mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengerjakan perbuatan dosa itu setelahnya, tanpa mengurangi dosa orang-orang itu sedikitpun". [HR Muslim].
footnotes:
[2]. Al Hawadits Wal Bida’, Imam Abu Bakar At Thurthusy, Dal Ibnul Jauzy, Riyadh.
No comments:
Post a Comment